
Kabar mengejutkan datang dari sepak bola Italia ketika Brescia Calcio, salah satu klub bersejarah yang pernah berlaga di Serie A, dinyatakan kehilangan lisensi profesional oleh FIGC (Federasi Sepak Bola Italia). Keputusan ini bukan hanya mengguncang para pendukung setia mereka, melainkan juga menimbulkan gejolak di dunia sepak bola nasional, terutama dalam konteks pengelolaan keuangan dan keberlangsungan klub-klub tradisional Italia.
Brescia, yang pernah menjadi rumah bagi pemain-pemain besar seperti Andrea Pirlo dan Roberto Baggio, kini harus menghadapi kenyataan pahit: degradasi administratif dari sistem liga profesional, dan ancaman untuk memulai kembali dari divisi amatir. Artikel ini akan mengupas secara mendalam penyebab kehilangan lisensi ini, dampaknya terhadap klub, reaksi dari berbagai pihak, serta apa yang bisa terjadi selanjutnya bagi Le Rondinelle—julukan Brescia.
Sejarah Singkat Brescia dan Pentingnya Klub Ini dalam Sepak Bola Italia
Brescia Calcio bukanlah klub sembarangan. Didirikan pada tahun 1911, klub asal Lombardy ini telah menorehkan sejarah panjang di sepak bola Italia. Meskipun mereka lebih sering berkompetisi di Serie B, namun Brescia dikenal sebagai klub penghasil talenta muda berbakat. Andrea Pirlo, Daniele Bonera, dan Sandro Tonali adalah contoh nyata bagaimana klub ini mampu menjadi tempat pembibitan pemain hebat.
Pada era 2000-an, Brescia menjadi sorotan ketika mendatangkan legenda sepak bola Italia, Roberto Baggio. Keberadaan Baggio mengangkat nama klub ke tingkat yang lebih tinggi, baik dari sisi prestasi maupun popularitas. Kehadiran pemain sekelas Baggio juga menjadi bukti bahwa Brescia memiliki daya tarik tersendiri bagi pemain top dunia.
Keputusan FIGC: Alasan Resmi di Balik Dicabutnya Lisensi
Pada awal Juli 2025, FIGC secara resmi mengumumkan bahwa Brescia tidak akan mendapatkan lisensi profesional untuk musim 2025/2026. Alasan utama yang dikemukakan adalah ketidakmampuan klub memenuhi persyaratan keuangan yang ditetapkan oleh Komisi Pengawas Klub Profesional (COVISOC).
Dalam pernyataannya, FIGC menyebutkan bahwa Brescia Calcio gagal menyerahkan dokumentasi keuangan yang dianggap memadai oleh regulator. Klub Brescia Calcio juga tidak menunjukkan bukti kemampuan finansial untuk membayar gaji pemain, staf, dan kewajiban administratif lainnya. Selain itu, Brescia Calcio dianggap tidak mampu memberikan jaminan untuk menyelesaikan musim tanpa risiko kebangkrutan atau krisis likuiditas.
Laporan selanjutnya menyebutkan bahwa Brescia Calcio memiliki tunggakan gaji pemain selama lebih dari tiga bulan berturut-turut. Situasi ini menandakan bahwa Brescia Calcio tak lagi mampu mengelola operasional harian secara stabil dan profesional. Kondisi tersebut membuka celah bagi FIGC untuk melakukan tindakan disipliner sesuai regulasi yang berlaku.
Dampak Langsung Terhadap Klub dan Para Pemain
Kehilangan lisensi profesional membuat Brescia Calcio tidak bisa tampil di Serie B musim depan, meski berhak secara olahraga. Posisi Brescia kemungkinan akan diberikan kepada klub lain, baik dari Serie C atau klub yang terdegradasi namun keuangannya lebih stabil dan sehat.
Para pemain utama Brescia pun dipastikan akan menjadi bebas transfer. Dalam situasi ini, mereka memiliki hak untuk membatalkan kontrak secara sepihak karena klub tidak dapat memenuhi kewajiban kontraktual. Situasi ini menciptakan peluang besar bagi klub-klub lain untuk merekrut talenta Brescia tanpa harus membayar biaya transfer.
Bagi para pemain muda akademi, hal ini menjadi pukulan berat. Sistem pembinaan usia muda yang sudah dibangun bertahun-tahun kini berada di ambang kehancuran. Banyak pemain remaja yang kini harus mencari klub baru untuk melanjutkan karier mereka, atau bahkan mempertimbangkan berhenti bermain sepak bola secara profesional.
Reaksi Publik dan Dunia Sepak Bola Italia

Reaksi terhadap keputusan ini sangat beragam. Para penggemar setia Brescia di media sosial menyuarakan kemarahan dan kesedihan mereka. Banyak yang menyalahkan manajemen klub, terutama presiden klub Massimo Cellino, yang dikenal sebagai sosok kontroversial sejak masa kepemimpinannya di Cagliari dan Leeds United.
Beberapa kelompok suporter bahkan melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor klub, menuntut transparansi dan pertanggungjawaban dari direksi. Mereka menganggap bahwa kehancuran ini merupakan hasil dari manajemen yang tidak kompeten dan tidak transparan terhadap kondisi keuangan klub dalam beberapa tahun terakhir.
Di sisi lain, sejumlah tokoh sepak bola Italia menyuarakan keprihatinan yang lebih luas. Mereka menyoroti bagaimana sistem lisensi dan pengawasan keuangan di Italia masih belum cukup kuat untuk mencegah kasus seperti ini terjadi berulang-ulang. Klub-klub tradisional seperti Parma, Palermo, hingga Siena pun pernah mengalami nasib serupa sebelumnya.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya dengan Brescia?
Setelah kehilangan lisensi profesional, Brescia kemungkinan besar harus memulai kembali dari Serie D—liga amatir tertinggi di Italia. Namun, untuk bisa tampil di Serie D sekalipun, mereka tetap membutuhkan lisensi dari federasi sepak bola regional dan menunjukkan stabilitas keuangan minimum.
Langkah pertama yang harus dilakukan klub adalah membentuk kembali struktur organisasi yang sehat. Ini mungkin termasuk restrukturisasi kepemilikan, mengajukan kebangkrutan dan membentuk entitas hukum baru, atau bahkan mengganti nama klub—sebuah langkah yang telah ditempuh oleh klub-klub lain di masa lalu.
Beberapa tokoh lokal dan pengusaha Brescia disebut-sebut tertarik untuk menyelamatkan klub dan membentuk “phoenix club” yang bisa menghidupkan kembali semangat Le Rondinelle. Jika hal ini terjadi, maka proses rekonstruksi kemungkinan akan memakan waktu beberapa musim sebelum klub dapat kembali ke level profesional.
Pelajaran bagi Klub Sepak Bola Italia
Kasus Brescia menjadi pengingat keras bahwa stabilitas finansial harus menjadi prioritas utama klub, bukan hanya sekadar ambisi olahraga. Banyak klub di Italia yang terlalu fokus pada promosi cepat dan mengabaikan prinsip dasar dalam manajemen keuangan. Ketika pendapatan tidak sesuai ekspektasi, beban gaji yang terlalu besar bisa menjadi bumerang.
Dalam beberapa tahun terakhir, FIGC dan Lega Serie B mulai menerapkan aturan keuangan yang lebih ketat dan jelas. Namun, kasus seperti Brescia Calcio menunjukkan bahwa pengawasan harus lebih proaktif dan transparan demi mencegah kerugian besar. Edukasi bagi pemilik klub, pelatih, serta pemain muda juga penting agar memahami pentingnya keberlanjutan finansial sepak bola modern.
Harapan di Tengah Kesuraman
Meski saat ini Brescia tengah berada dalam situasi paling gelap dalam sejarah mereka, harapan masih ada. Klub seperti Napoli, Fiorentina, dan Parma pernah mengalami kebangkrutan atau degradasi administratif, namun mampu bangkit kembali ke Serie A dengan semangat baru. Jika masyarakat lokal, otoritas kota, dan komunitas pendukung bersatu, Brescia masih bisa diselamatkan.
Yang dibutuhkan sekarang adalah transparansi, komitmen baru dari para pemilik, serta tekad untuk membangun kembali klub dari dasar dengan filosofi yang sehat dan berkelanjutan. Karena dalam sepak bola, sejarah dan semangat tidak akan pernah mati—selama ada orang yang percaya untuk terus memperjuangkannya.