
Milos Kerkez resmi bergabung dengan Liverpool musim panas 2025
Liverpool Resmi Boyong Milos Kerkez dari Bournemouth
Liverpool resmi mengumumkan perekrutan bek kiri muda asal Hungaria, Milos Kerkez, dari AFC Bournemouth pada awal Juli 2025. Transfer ini menjadi salah satu langkah penting The Reds dalam membangun ulang lini belakang mereka untuk musim baru. Menariknya, meskipun AC Milan tak lagi memiliki sang pemain, nama AC Milan kembali mencuat dalam pemberitaan transfer ini karena ikut mendapat keuntungan finansial dari kesepakatan yang terjadi.
Kepindahan Milos Kerkez ke Liverpool tak lepas dari performa gemilangnya bersama Bournemouth dalam dua musim terakhir. Ia tampil solid sebagai starter reguler dan menunjukkan gaya bermain modern yang cocok dengan karakteristik full-back Liverpool: ofensif, cepat, dan punya kemampuan bertahan yang kuat. Statistik musim lalu mencatat Kerkez tampil dalam 33 laga Premier League, mencetak 4 assist, dan mencatat tingkat keberhasilan tekel sebesar 73%, angka yang sangat kompetitif untuk bek kiri berusia 21 tahun.

Jurgen Klopp dikabarkan sudah lama mengincar Kerkez, bahkan sejak sang pemain masih membela AZ Alkmaar. Namun performanya di Bournemouth lah yang benar-benar meyakinkan Liverpool untuk melakukan pembelian besar. Klopp membutuhkan pemain muda yang mampu bersaing dengan Robertson secara langsung, serta siap menjadi pewaris jangka panjang di sisi kiri pertahanan Anfield.
Diperkirakan, AC Milan akan menerima sekitar €350.000 hingga €400.000 (sekitar Rp 6 miliar) dari penjualan ini. Jumlah ini memang kecil dibanding total nilai transfer, namun menjadi bukti kecerdasan strategi transfer AC Milan dalam mengelola aset pemain muda. Kerkez hanya sempat memperkuat tim Primavera dan tak pernah tampil di tim utama Rossoneri, namun Milan tetap mendapatkan imbal hasil berkat visi jangka panjang dalam menyusun kontrak.
Siapa Milos Kerkez? Eks Pemain Muda Milan yang Bersinar di Inggris
Nama Milos Kerkez pertama kali mencuat ketika AC Milan memboyongnya dari klub Hungaria, ETO Gyor, pada awal tahun 2021. Kala itu, Kerkez masih berusia 17 tahun dan langsung dimasukkan ke dalam tim Primavera. Potensinya cukup menjanjikan, bahkan sempat beberapa kali berlatih bersama tim utama yang dilatih Stefano Pioli.

Sayangnya, di posisinya sebagai bek kiri, Milan sudah memiliki bintang utama yaitu Theo Hernandez. Situasi ini membuat peluang bermain Kerkez sangat terbatas. Akhirnya, demi perkembangan karier, sang pemain memilih pindah ke AZ Alkmaar di Belanda pada Januari 2022. Keputusan yang terbukti sangat tepat.
Di AZ, Kerkez menjadi starter reguler dan mencatat banyak penampilan impresif. Gaya bermainnya yang cepat, ofensif, dan penuh determinasi membuatnya mencuri perhatian klub-klub besar Eropa. Bournemouth menjadi klub yang sukses merekrutnya pada musim panas 2023 dengan nilai sekitar €15 juta. Di Premier League, Kerkez tak butuh waktu lama untuk beradaptasi dan menjadi andalan di sisi kiri pertahanan.
AC Milan Dapat Bagian dari Klausul Penjualan
Meski Kerkez sudah tak lagi bermain di Milan, Rossoneri ternyata tidak sepenuhnya melepaskan hak atas pemain tersebut. Saat menjual Kerkez ke AZ Alkmaar, manajemen Milan dengan cerdas menyisipkan klausul sell-on sebesar 10% dari keuntungan penjualan berikutnya. Ini berarti, jika AZ menjual Kerkez ke klub lain dengan harga lebih tinggi, Milan berhak atas sebagian keuntungan tersebut.
Ketika AZ menjual Kerkez ke Bournemouth, Milan mendapat bagian kecil. Namun keuntungan terbesar datang dari transfer Bournemouth ke Liverpool. Karena Bournemouth membeli Kerkez seharga €15 juta dan menjualnya seharga sekitar £35 juta (sekitar €41 juta), terdapat selisih keuntungan hampir €26 juta. Milan berhak atas 10% dari keuntungan itu.
Menurut laporan dari media Italia seperti Calciomercato dan La Gazzetta dello Sport, AC Milan kemungkinan mengantongi antara €350.000 hingga €400.000, atau sekitar Rp 6 miliar. Ini merupakan pemasukan yang sepenuhnya pasif, tanpa perlu Milan melakukan usaha tambahan.
Strategi Kontrak Cerdas: Milan Mulai Berbenah dalam Transfer Pemain Muda
Transfer Milos Kerkez menjadi bukti bahwa AC Milan kini lebih matang dalam mengelola transfer, terutama terkait pemain muda. Dulu, Milan sering melepas pemain akademi tanpa keuntungan lanjutan. Namun kini, klausul cerdas seperti sell-on clause atau buy-back clause mulai rutin diterapkan, terutama saat menjual pemain ke luar Italia.
Keberhasilan mendapatkan Rp 6 miliar dari transfer Kerkez menunjukkan bahwa potensi ekonomi pemain muda bisa dimaksimalkan bahkan saat mereka tak tampil di tim utama. Dalam iklim sepak bola modern, di mana setiap euro sangat berarti karena regulasi Financial Fair Play, tambahan dana semacam ini sangat penting.
Beberapa contoh lain strategi serupa yang berhasil antara lain klausul penjualan Manuel Locatelli ke Sassuolo (yang kemudian dijual ke Juventus) dan Matteo Pessina ke Atalanta. AC Milan memetik pelajaran dari masa lalu dan mulai menjadikan strategi bisnis sebagai bagian integral dari pengelolaan tim muda.
Karier Kerkez: Dari Milan ke AZ, Lalu ke Liga Inggris
Perjalanan karier Milos Kerkez menunjukkan bagaimana jalur pemain muda bisa sangat dinamis. Setelah gagal menembus tim utama Milan, ia pindah ke Belanda dan justru berkembang pesat. Gaya sepak bola AZ yang menyerang dan memberi ruang eksplorasi sangat cocok untuk perkembangan bek kiri seperti Kerkez.
Di Bournemouth, ia menunjukkan kematangan lebih lanjut. Meski klubnya tidak besar, Kerkez tampil reguler di Premier League dan membuktikan bahwa dirinya siap naik level. Tidak hanya bertahan solid, ia juga kerap ikut membantu serangan dan mencatat beberapa assist penting.

Kini, dengan bergabung ke Liverpool, Kerkez memiliki peluang bermain di level tertinggi. Ia akan bersaing dengan Andrew Robertson dan bisa menjadi suksesor jangka panjang bek Skotlandia tersebut. Jika mampu menjaga performa dan adaptasi dengan sistem permainan Liverpool, Kerkez bisa menjelma menjadi salah satu bek kiri terbaik Eropa dalam beberapa tahun ke depan.
Apa Arti Transfer Ini untuk Masa Depan Milan?
Keuntungan finansial dari transfer Kerkez bukan hanya sebatas angka. Lebih dari itu, ini adalah validasi strategi jangka panjang AC Milan dalam membina dan menjual pemain muda. Klub tidak hanya fokus pada trofi dan kompetisi elit, tapi juga mulai membangun model bisnis berkelanjutan.
Dalam konteks ini, Milan juga bisa lebih percaya diri melepas pemain muda yang sulit mendapat tempat di tim utama. Asalkan klausul yang tepat disisipkan, klub tetap bisa menikmati hasil ketika sang pemain berkembang di tempat lain.
Ke depannya, Milan kemungkinan akan terus menyisipkan klausul penjualan kembali, opsi pembelian ulang, atau bahkan bonus performa dalam setiap kesepakatan transfer pemain muda. Dengan semakin banyak pemain akademi seperti Lorenzo Colombo, Daniel Maldini, hingga Marco Nasti yang tersebar di berbagai klub, Milan punya peluang meraup untung dari pola yang sama.
Liverpool Untung, Milan Untung, Kerkez Juga Naik Level
Transfer Milos Kerkez ke Liverpool bisa dikatakan sebagai contoh situasi win-win-win. Liverpool mendapatkan bek muda potensial dengan pengalaman Premier League dan sepak bola Eropa. Bournemouth meraih keuntungan besar dari penjualan. Sementara AC Milan, meski tidak terlibat langsung, tetap mendapat imbalan finansial.
Yang tak kalah penting, Kerkez sendiri juga mendapat loncatan karier yang besar. Bergabung dengan klub sebesar Liverpool membuka peluang bermain di Liga Champions, bersaing di papan atas Premier League, dan memperkuat posisinya di timnas Hungaria menjelang Euro atau Piala Dunia mendatang.
Bagi Milan, momen ini bisa dimanfaatkan sebagai promosi tidak langsung. Klub bisa menunjukkan kepada para pemain muda bahwa meski tak selalu tampil di San Siro, karier mereka tetap bisa berkembang, dan Milan tetap peduli serta mendukung langkah mereka ke depan.
Kerkez Meninggalkan Jejak di Milan, Meski Hanya Sebentar
Milos Kerkez memang tidak pernah tampil untuk tim utama AC Milan. Namun kisahnya menjadi bukti bahwa bahkan pemain yang “gagal tembus” bisa tetap memberikan manfaat jangka panjang bagi klub. Berkat perencanaan matang dan klausul kontrak yang cermat, Milan kini menikmati hasil dari investasi masa lalu.

Rp 6 miliar bukanlah jumlah besar dalam dunia sepak bola profesional, tapi tetap menjadi suntikan dana yang bermanfaat—terlebih karena datang tanpa risiko. Lebih dari itu, kisah Kerkez mengajarkan bahwa sepak bola bukan hanya tentang apa yang terlihat di lapangan, tetapi juga tentang strategi, visi jangka panjang, dan manajemen yang cerdas.
Dengan semakin kompetitifnya bursa transfer dan tekanan ekonomi dari berbagai sisi, keberhasilan Milan dalam kasus Kerkez bisa menjadi cetak biru bagi masa depan pengelolaan pemain muda mereka. Jika dilakukan dengan konsisten, bukan tak mungkin Milan akan terus mendapat “durian runtuh” dari eks pemain yang dulu hanya dikenal sebagai penghangat bangku Primavera.