AC Milan tengah memasuki babak baru penuh gairah di Serie A 2025/2026, berkat sinergi Leão Modrić AC Milan yang kini menjadi sorotan utama. Performa gemilang Rafael Leão kembali bersinar, sementara Luka Modrić menghadirkan pengaruh besar di ruang ganti Rossoneri. Kombinasi keduanya menciptakan harmoni antara energi muda dan kebijaksanaan senior, membuat AC Milan tampil semakin menakutkan di setiap pertandingan.
Leão yang Kembali Menggila
Musim ini, Rafael Leão seolah menemukan kembali versi terbaik dirinya. Setelah musim lalu yang inkonsisten, kini winger asal Portugal itu tampil lebih tajam, disiplin, dan berpengaruh dalam setiap serangan AC Milan. Dalam 8 pertandingan awal Serie A, Leão sudah mencatat 5 gol dan 5 assist — angka yang menunjukkan betapa dominannya ia di sisi kiri.
Namun, bukan hanya statistik yang membuat Leão mencuri perhatian. Cara dia bermain menunjukkan kedewasaan baru: keputusan yang lebih cepat, gerakan yang lebih efektif, dan kerja sama yang lebih solid dengan rekan setimnya. Sumber di Milanello menyebutkan bahwa perubahan ini terjadi sejak Modrić mulai intens berbicara dengan Leão, terutama dalam sesi latihan.
Modrić, Mentor Tak Terduga
Kehadiran Luka Modrić di AC Milan awalnya dianggap sebagai langkah simbolis — transfer veteran untuk memberi pengalaman. Namun nyatanya, Modrić membawa sesuatu yang lebih dalam: kecerdasan taktis dan mentalitas juara. Stefano Pioli, dalam wawancara usai kemenangan 3-1 atas Lazio, menyebut bahwa “Modrić tidak hanya bermain; dia mengajarkan bagaimana memenangkan pertandingan.”
Dalam sesi latihan, pemain muda Milan seperti Leão, Reijnders, dan Musah kerap mendengarkan wejangan Modrić soal pergerakan tanpa bola dan membaca tempo permainan. Khusus bagi Leão, Modrić membantu memperhalus cara dia menilai momen: kapan harus menekan, kapan menunggu, dan bagaimana menjaga efisiensi dalam dribel.
“Leão adalah pemain luar biasa, tapi kadang dia terlalu cepat ingin menyelesaikan sendiri. Saya hanya membantu dia melihat permainan dari sudut lain,” ujar Modrić kepada La Gazzetta dello Sport. Senyumnya di akhir wawancara itu menggambarkan kebahagiaan seorang mentor yang mulai melihat muridnya berkembang.
Sinergi di Lapangan
Salah satu contoh terbaik dari hubungan ini terlihat dalam laga melawan Napoli. Dalam pertandingan itu, Modrić menjadi jenderal di lini tengah, sementara Leão tampil sebagai penghancur di sisi sayap. Gol pembuka Milan datang dari umpan vertikal Modrić yang memecah lini tengah Napoli dan langsung disambar Leão dengan kecepatan luar biasa. Kombinasi keduanya membuat lini pertahanan lawan kewalahan.
Kehadiran Modrić memberi Milan keseimbangan yang selama ini mereka cari: pengalaman dan kreativitas di tengah, ditopang kecepatan dan agresivitas di depan. Leão, di sisi lain, kini memiliki kebebasan yang lebih terarah — bukan sekadar improvisasi, melainkan bagian dari skema taktik yang matang.
Efek Domino di Tim
Kehadiran Modrić juga memberi efek domino bagi para pemain Milan lainnya. Reijnders tampak lebih percaya diri mengatur tempo. Musah dan Loftus-Cheek lebih disiplin dalam melakukan transisi. Bahkan Theo Hernández kini lebih sering maju karena tahu Modrić mampu menutup ruang dengan cerdas.
AC Milan kini tampil sebagai tim dengan keseimbangan yang lebih baik. Mereka tidak hanya mengandalkan Leão untuk menciptakan peluang, tetapi memiliki distribusi kreativitas yang merata. Dalam banyak momen, Modrić menjadi “otak”, Leão menjadi “senjata”, dan Pioli menjadi “arsitek” yang memadukan semuanya.
Beberapa analis Serie A bahkan menyebut bahwa duet Modrić-Leão bisa menjadi “versi modern dari kombinasi Kaká dan Pirlo” — gaya elegan yang mematikan lewat sentuhan pertama.
Masa Depan Cerah di San Siro
Kontrak Modrić mungkin hanya berdurasi satu tahun, tapi pengaruhnya sudah terasa luas. Banyak penggemar berharap Milan memperpanjang masa baktinya, meski hanya sebagai pemain-mentor atau bahkan staf pelatih di masa depan. Leão sendiri mengaku bahwa ia banyak belajar dari legenda Kroasia itu.
“Modrić membuatku lebih sabar,” ujar Leão usai laga kontra Udinese. “Dia bilang, kecepatan bukan hanya soal berlari, tapi juga soal berpikir. Sekarang aku mengerti maksudnya.”
Kata-kata itu seolah menjadi simbol hubungan unik antara dua generasi: pemain muda penuh potensi dan legenda hidup yang menolak pensiun diam-diam.
Jika hubungan ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin AC Milan akan menjadi kekuatan paling menakutkan di Serie A musim ini. Dengan Leão yang makin matang dan Modrić yang masih berkelas dunia, Rossoneri tampak siap menantang siapa pun — dari Juventus hingga Inter Milan — untuk merebut kembali kejayaan di tanah Italia.
