
Barcelona, salah satu raksasa Eropa dengan sejarah panjang dan prestasi gemilang, kini menghadapi musim 2025 dengan berbagai Persoalan Menumpuk Skuad Barcelona. Di tengah transisi pelatih ke tangan Hansi Flick, justru muncul tanda-tanda krisis Persoalan Menumpuk Skuad Barcelona berpotensi gagalkan misi kebangkitan klub asal Catalonia tersebut.
1. Posisi Kiper Masih Belum Aman
Musim lalu, Marc-André ter Stegen mengalami cedera punggung serius yang membuatnya absen berbulan-bulan. Meskipun kini sudah kembali berlatih, performa terbaiknya masih menjadi tanda tanya. Di sisi lain, Inaki Peña, yang diplot sebagai pelapis, tampil kurang meyakinkan di laga-laga penting.
Situasi ini membuat Barcelona dikaitkan dengan beberapa nama baru seperti Giorgi Mamardashvili (Valencia) dan Koen Casteels (Wolfsburg), tetapi keterbatasan dana menjadi penghalang utama. Ketidakpastian di posisi penjaga gawang dapat berdampak besar pada konsistensi pertahanan Blaugrana.
2. Lini Belakang Minim Rotasi dan Rentan Cedera
Barcelona punya nama besar di lini belakang seperti Ronald Araújo dan Jules Koundé, namun masalah konsistensi dan cedera membuat barisan ini sering rapuh. Andreas Christensen juga rentan cedera, dan Alejandro Balde belum kembali ke performa puncaknya setelah pemulihan panjang.
Selain itu, Barcelona tak kunjung merekrut bek baru yang benar-benar siap tampil reguler. Marcos Alonso telah pergi, sementara Sergi Roberto mulai kehilangan kecepatan dan stamina. Jika tidak segera diperkuat, lini pertahanan bisa menjadi titik terlemah dalam sistem Hansi Flick yang mengandalkan pressing tinggi.
3. Lini Tengah: Ketergantungan pada Pemain Rentan Cedera
Di sektor gelandang, Barcelona menghadapi tantangan besar karena absennya Gavi akibat cedera ligamen lutut (ACL) yang masih membutuhkan waktu lama untuk pulih. Pedri, meski jenius dalam mengatur tempo, juga sering diganggu cedera otot.
Ilkay Gündogan menjadi satu-satunya gelandang senior yang relatif konsisten, tetapi tidak cukup untuk menopang semua lini sendirian. Frenkie de Jong juga mengalami naik-turun performa karena kondisi kebugaran. Nama-nama muda seperti Fermin Lopez dan Marc Casado belum cukup matang untuk bersaing di level elite.
4. Lini Depan: Ketajaman Menurun dan Minim Variasi
Robert Lewandowski yang kini berusia 36 tahun tetap menjadi andalan utama, namun performanya mulai menurun. Statistik musim lalu menunjukkan penurunan gol yang signifikan dibanding musim perdananya di La Liga.
Lamine Yamal, pemain muda paling bersinar di skuad saat ini, menunjukkan potensi besar namun masih terlalu muda untuk memikul beban besar sendirian. Raphinha dan Ferran Torres masih inkonsisten, sementara Joao Félix telah kembali ke Atlético Madrid dan Ansu Fati belum jelas nasibnya setelah masa peminjaman di Brighton berakhir.
Tanpa tambahan striker baru, Barcelona bisa kesulitan mencetak gol secara konsisten, terutama melawan tim-tim besar.
5. Krisis Finansial Masih Menjadi Penghalang Utama
Meski presiden Joan Laporta berulang kali menegaskan bahwa kondisi keuangan mulai membaik, kenyataannya Barcelona masih sangat terbatas dalam bergerak di bursa transfer. Aturan Financial Fair Play (FFP) membuat klub harus menjual pemain atau merestrukturisasi gaji sebelum bisa mendaftarkan pemain baru.
Beberapa target seperti Nico Williams (Athletic Bilbao) dan Dani Olmo (RB Leipzig) masih sulit direalisasikan karena klausul pelepasan yang tinggi. Bahkan rencana memulangkan pemain seperti Xavi Simons atau Vitor Roque juga terganjal kendala administratif dan finansial.
6. Adaptasi Pelatih Baru: Flick Masih Mencari Formasi Ideal
Hansi Flick, pelatih anyar yang ditunjuk menggantikan Xavi Hernández, memang punya rekam jejak mentereng di timnas Jerman dan Bayern Munchen. Namun, adaptasi di Barcelona bukan hal mudah. Budaya klub, tekanan media, dan keterbatasan sumber daya membuat tugasnya sangat berat.
Flick dikenal dengan gaya bermain menyerang dan pressing intens, tetapi gaya ini membutuhkan kedalaman skuad serta kondisi fisik yang prima—dua hal yang belum dimiliki Barcelona saat ini.
Jalan Terjal Menuju Kebangkitan
Dengan permasalahan yang membentang dari kiper hingga striker, serta ditambah keterbatasan finansial, Barcelona berada di situasi sulit. Jika manajemen klub tidak segera mengambil tindakan strategis di bursa transfer dan penyusunan ulang tim, maka musim 2025 bisa menjadi salah satu musim yang mengecewakan bagi para Culers.
Misi Hansi Flick untuk membawa kembali kejayaan Barcelona tampaknya akan dimulai dari fondasi yang belum stabil. Namun jika diberikan waktu dan dukungan penuh, harapan untuk kebangkitan tetap terbuka.