Karier panjang Miralem Pjanic akhirnya mencapai akhirnya. Gelandang elegan yang dikenal dengan visi brilian dan kemampuan bola mati kelas dunia itu resmi mengumumkan pensiun pada usia 35 tahun. Keputusan ini sekaligus menepis rumor kepulangannya ke Juventus, klub yang pernah membawanya ke puncak karier di sepak bola Eropa. Pengumuman tersebut memancing banyak reaksi dari penggemar, eks rekan setim, dan para legenda Serie A yang menilai Pjanic sebagai salah satu gelandang terbaik pada masanya.
Artikel ini membahas perjalanan akhir karier Pjanic, alasan batal kembali ke Juventus, serta warisan yang ia tinggalkan untuk sepak bola modern.
Perjalanan Karier yang Panjang dan Penuh Warna
Miralem Pjanic lahir di Tuzla pada 1990. Perjalanannya dimulai di Prancis bersama Metz sebelum mencuri perhatian publik ketika berseragam Lyon. Kemampuannya membaca permainan, mengatur ritme, serta melepaskan umpan-umpan vertikal akurat membuatnya menjadi salah satu gelandang tengah paling teknis di Eropa.
Pada 2011, Pjanic pindah ke AS Roma. Di klub ibu kota Italia itu, bakatnya semakin matang. Ia menjadi pengatur tempo, pembeda di lini tengah, dan eksekutor bola mati yang sangat berbahaya. Konsistensi itulah yang kemudian membawa Juventus terpikat.
Masa Keemasan Bersama Juventus
Pjanic pindah ke Juventus pada 2016 dan langsung menjadi tokoh penting dalam skema permainan Massimiliano Allegri. Ia mendapatkan peran deep-lying playmaker yang mirip dengan peran Andrea Pirlo di masa sebelumnya. Sentuhan elegannya menjadi pusat kreativitas Juventus, terutama saat membangun serangan dari belakang.
Selama empat musim di Turin, Pjanic meraih:
- Empat gelar Serie A
- Dua Coppa Italia
- Dua Supercoppa Italiana
Ia dikenal sebagai gelandang yang mampu mengendalikan tempo permainan dengan ketenangan luar biasa. Banyak penggemar Juventus menilai gaya permainan Pjanic adalah kombinasi sempurna antara kreativitas dan kecerdasan taktik, menjadikannya salah satu maestro lini tengah terbaik yang pernah dimiliki klub.
Rumor Kembali ke Juventus yang Batal Terwujud
Dalam beberapa bulan terakhir sebelum pengumuman pensiunnya, rumor mengenai potensi kepulangan Pjanic ke Juventus cukup kuat. Manajemen disebut mempertimbangkan kehadirannya sebagai mentor bagi para gelandang muda dalam skuad saat ini. Selain itu, hubungan baik Pjanic dengan Allegri membuat rumor tersebut semakin dipercaya.
Namun, rencana itu tidak terwujud. Setelah melakukan evaluasi pribadi, Pjanic menyatakan bahwa secara fisik ia tidak lagi dalam kondisi yang cukup baik untuk bersaing di level tertinggi. Masa-masa sulit di Barcelona, ditambah periode peminjaman di Besiktas dan Sharjah, membuat kondisi kebugarannya tidak sekuat dulu.
Pjanic kemudian memilih untuk mengundurkan diri dari kemungkinan comeback tersebut. Ia menyampaikan bahwa tubuhnya memberi sinyal untuk berhenti dan ia tidak ingin memaksakan karier hanya demi nostalgia.
Keputusan Pensiun pada Usia 35 Tahun
Pensiun pada usia 35 tahun bukanlah keputusan yang mudah, terutama bagi pemain dengan kualitas kelas dunia. Namun Pjanic menegaskan bahwa ia ingin mengakhiri karier dengan cara yang baik, tanpa menunggu hingga performanya benar-benar menurun drastis.
Beberapa alasan utama di balik keputusan tersebut antara lain:
Penurunan Kondisi Fisik
Cedera berulang membuatnya tidak lagi dapat tampil konsisten di level kompetitif tertinggi. Ritme pertandingan elite Eropa juga mulai terasa terlalu berat untuk dijalaninya.
Prioritas Baru dalam Hidup
Pjanic ingin lebih fokus pada keluarga serta mempersiapkan karier pasca- pensiun. Ia memiliki ketertarikan pada dunia kepelatihan atau manajemen sepak bola.
Keinginan Pergi dengan Terhormat
Pjanic ingin dikenang sebagai gelandang elegan dengan kecerdasan bermain tinggi. Ia tidak ingin memaksakan diri dan tampil di bawah standar hanya demi memperpanjang karier.
Warisan Besar di Dunia Sepak Bola
Miralem Pjanic memang tidak meraih penghargaan individu besar seperti Ballon d’Or, tetapi warisan yang ia tinggalkan sangat berarti.
Maestro dengan Gaya Elegan
Ia dikenal memiliki visi permainan luar biasa dan kemampuan mengendalikan tempo yang tidak dimiliki banyak gelandang modern.
Spesialis Bola Mati
Pjanic adalah salah satu eksekutor tendangan bebas terbaik di Serie A pada masanya. Ketepatan dan variatifnya teknik yang ia miliki menjadi inspirasi bagi pemain muda.
Profesional Tanpa Kontroversi
Selama kariernya, Pjanic jarang terlibat masalah. Ia dihormati di ruang ganti dan selalu dikenal sebagai pemain yang rendah hati.
Inspirasi bagi Talenta Balkan
Sebagai pemain asal Bosnia-Herzegovina, ia membuka jalan bagi banyak talenta muda Balkan untuk berani meraih karier di liga Eropa papan atas.
Langkah Berikutnya Setelah Pensiun
Setelah gantung sepatu, Pjanic terbuka pada peluang menjadi pelatih atau bagian dari staf teknis sebuah klub. Banyak pihak percaya ia akan sukses karena kecerdasannya dalam memahami taktik dan permainan.
Media Italia bahkan berspekulasi bahwa suatu hari Pjanic dapat kembali ke Juventus dalam kapasitas non-pemain, seperti staf pelatih atau mungkin direktur olahraga, mengingat hubungan baik yang ia miliki dengan klub.
Kesimpulan: Akhir yang Tepat untuk Karier yang Terhormat
Miralem Pjanic mengakhiri karier dengan pilihan yang matang dan elegan. Ia tidak menunggu hingga performanya benar-benar merosot. Ia memilih pergi pada momen yang menurutnya tepat, menjaga reputasinya sebagai gelandang yang selalu tampil dengan gaya dan kecerdasan tinggi.
Walau banyak penggemar Juventus dan Serie A yang berharap ia kembali sekali lagi ke Turin, keputusan pensiunnya tetap dihormati. Pjanic telah memberi begitu banyak momen indah, dan namanya akan selalu dikenang sebagai salah satu maestro lini tengah terbaik generasinya.
